Serambi.WahanaNews.co | Pernyataan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman, perihal berdoa dengan menggunakan Bahasa Indonesia karena Tuhan bukan orang Arab, mendapatkan respon keras dari sejumlah orang.
Di media sosial, khususnya Twitter, sosok Jenderal Dudung kembali ramai diperbincangkan terkait pernyataannya tersebut.
Baca Juga:
Kasus Perusakan HP Wartawan di Aceh Saat Demo Kenaikan BBM Berakhir Damai
Dudung dianggap “terlalu jauh” masuk ke dalam ranah kepercayaan dan memberikan pendapat yang dianggap kurang tepat dalam menganalogikan Tuhan.
Pernyataan KSAD Dudung itu ia sampaikan pada acara podcast bersama presenter kondang, Deddy Corbuzier.
Jenderal Dudung menceritakan pengalamannya berdoa yang biasa dilakukan usai sholat saat menjadi bintang tamu Deddy Corbuzier.
Baca Juga:
GM PLN Aceh Silahturahmi dengan Pj Gubernur Aceh
”Kalau saya berdoa setelah sholat, doa saya simpel aja, ya Tuhan… pakai Bahasa Indonesia saja, karena Tuhan kita bukan orang Arab,” kata Dudung.
Salah satu komentar datang dari penceramah, Ustadz Hilmi Firdausi.
Melalui Twitter, ia menyebut statemen dari Jendera Dudung tidaklah bijaksana.
"Pak, statement anda bahwa Tuhan kita bukan orang Arab itu tidak bijaksana," cuit Ustadz Hilmi, dikutip pada Kamis (2/12/2021).
Ustadz Hilmi menilai, ada dua kesalahan fatal dalam pernyataan Jenderal Dudung itu.
Antara lain, salah besar apabila menganalogikan Tuhan sebagai manusia.
"Yang pertama, menganalogikan Tuhan dengan orang saja sudah salah. Lalu mengaitkan dengan suku Arab sungguh tidak elok untuk persatuan bangsa. Kenapa anda tidak bilang ‘berdoa bisa pakai bahasa apa saja, tidak harus bahasa arab karena Tuhan kita maha mengerti’?” imbuhnya.
Dudung Bicara Aksi Reuni 212
Dalam kesempatan sama, saat wawancara dengan Deddy Corbuzier, Dudung Abdurachman memastikan bahwa jajaran TNI AD akan turun tangan jika Reuni PA 212 yang akan digelar di Masjid Az-Zikra di Bogor, Jawa Barat, menimbulkan kekacauan atau pelanggaran hukum lainnya.
"Turunlah kita, pasti dengan polisi. Pasti polisi dengan TNI. Kita selama ini berkolaborasi baik dengan polisi," kata Dudung, menanggapi pertanyaan Deddy Corbuzier.
Menurutnya, turunnya TNI karena tujuannya jelas untuk mengamankan rakyat.
"Kenapa kita harus takut sama mereka itu," tegas Dudung, disambut senyum Deddy.
Dudung mengatakan, ancaman terorisme di Indonesia memang benar-benar ada dan nyata.
Namun, kata dia, pemerintah dengan sumber dayanya akan berupa maksimal menangkal ancaman itu.
Dudung mengatakan hal itu menanggapi pertanyaan Deddy, apakah benar masih ada kelompok-kelompok terorisme di Indonesia dan menebarkan ideologinya.
"Kan sudah terbukti, ada yang ditangkepin Densus 88, memang benar, ada itu. Mereka sudah merencanakan sesuatu. Teknologi sudah canggih. Dia WA aja sudah ketangkep sama kita. Sudah kita waspadai. Makanya hati-hati," kata Dudung.
Ia menceritakan, setelah dilantik jadi KSAD, dirinya langsung mengunjungi prajuritnya di wilayah operasi di Papua dan Poso.
"Saya baru pulang dari Poso, lihat pasukan saya di sana. Di Poso, ada suatu kawasan yang orang lain tidak boleh masuk atau ustaz lain yang bisa ceramah di situ, ada satu kawasan di sana. Karena memang mereka mengeksklusifkan diri, tidak boleh orang lain masuk. Karena memang mereka tidak boleh ada televisi dan segala macam. Mereka gak boleh ada berita-berita dari luar," papar Dudung.
"Jadi doktrinnya mereka aja yang masuk di situ. Kan bahaya. Nah, sekarang saya bilang, saya perintahkan kamu ustaz-ustaz yang dari militer, kamu masuk. Gak ada ceritanya di republik ini gak masuk. Harus masuk. Bisa itu, kita dengan kepolisian kita bergabung," kata Dudung.
Sebab, jika dibiarkan, kelompok eksklusif seperti itu rentan memiliki pandangan dan doktrin terorisme.
"Kalau salah menjabarkannya nanti, berjihad katanya, iya berjihad menghalalkan segala cara, bisa gak bener, makanya kita masuk," kata Dudung.
"Iya ta, itu yang menyeramkan, memang," timpal Deddy.
Dudung mengatakan, pertama kali yang sangat ingin ia lakukan setelah menjabat KSAD adalah mengunjungi prajurit-prajuritnya yang berada di wilayah atau daerah operasi.
"Pertama kali yang saya lakukan saat dilantik KSAD, pertama kali adalah melihat prajurit-prajurit saya yang ada di daerah operasi. Jangan sampai mereka kekurangan, jangan sampai mereka bertempur sendirian," kata Dudung.
Karenanya, ia langsung mengunjungi prajurit-prajuritnya yang ada di Papua yang tengah memberantas KKB, serta prajurit-prajuritnya yang ada di Poso untuk memberantas teroris.
"Bertempur sendirian itu, artinya saat melaksanakan tugas kendaraan gak ada, logistik gak ada, jangan sampai seperti itu. Saya gak mau seperti itu, Makanya di Papua di Poso, semua saya catat dan saya bilang ke asisten logistik prioritaskan mereka ini yang di daerah terpencil, jangan sampai mereka kesulitan," papar Dudung.
Setelah mengunjungi prajurit di wilayah operasi, kata Dudung, ia juga akan mengunjungi prajuritnya yang ada di perbatasan.
"Kenapa saya mau lihat prajurit-prajurit saya. Ada istilah begini, pemimpin itu dalam mengambil keputusan dan kebijakan harus melibatkan eselon terdepan. Karena mereka itu yang akan menerima dampak secara langsung dari keputusan kebijakan yang kita ambil," katanya. [gab]