Serambi.WahanaNews.co | Kesenian adalah ekspresi budaya yang bisa dimunculkan dari tarian, sastra, dan alat musik. Indonesia memiliki beragam seni dan kebudayaan beragam.
Salah satunya provinsi Aceh yang memiliki alat musik tradisional. Alat musik dari Aceh ini digunakan untuk pengiring tari, hiburan, acara kebudayaan, sampai upacara adat.
Baca Juga:
Mengenal Sosok Bacalon Bupati Toba dr Suryadi, Bergerak Bidang Kesehatan Hingga Perjalanan Karirnya
Contoh alat musik dari Aceh yaitu Arbab, Rapai, Geundrang (gendang), Serunee Kalee (Serunai), dan masih banyak lagi. Alat musik tradisional ini menghasilkan suara yang indah dan merdu.
Alat Musik Aceh
Canang Kayu
Baca Juga:
Alat musik dari Aceh ini dimainkan oleh masyarakat suku Gayo di Aceh Tengah.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, canang kayu awalnya hadiah yang diberikan oleh kerajaan di Jawa pada masa kerajaan Linge.
Beberapa orang berpendapat, jika alat musik ini dibawa ketika suku Jawa berpindah di dataran tinggi Gayo.
Bentuk alat musik ini sama seperti canang dari Jawa. Cara memainkan alat musik ini yaitu dipukul memakai alat yang terbuat dari bahan kayu.
Alat musik ini digunakan sebagai pengiring tarian dan hiburan anak muda.
Canang ini terbuat dari potongan kayu dan terdiri dari beberapa balok. Sekarang ini canang kayu dimainkan untuk acara penerimaan tamu dan pesta pernikahan.
Celempong
Alat kesenian ini berasal dari Tamiang, Aceh. Diperkirakan celempong sudah berusia 100 tahun di daerah Taming. Alat musik ini terbuat dari potongan kayu berjumlah 5-7 potong kayu.
Potongan kayu tersebut disusun di atas rak kayu, kemudian dipukul memakai alat pemukul. Suara yang dihasilkan masing-masing balok kayu bisa berbeda.
Geundrang
Geundrang termasuk jenis alat musik yang dipukul memakai tangan atau kayu.
Alat kesenian ini bisa ditemukan di Aceh besar sampai Aceh Utara. Fungsi geundrang dipakai sebagai pelengkap tempo alat musik tradisional Aceh.
Bahan membuat geundrang terdiri dari kulit kambing, rotan, dan kayu nangka.
Cara membuatnya yaitu melubangi kayu nangka dan dibentuk silinder. Kemudian bagian permukaan dipasang kulit kambing.
Bereguh
Alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup dari ujung yang berlubang.
Cara memainkan bereguh hampir mirip dengan terompet.
Namun, alat kesenian ini terbuat dari tanduk kerbau yang masih utuh. Mengutip dari pariwisataindonesia.id, Bereguh termasuk alat musik tradisional di daerah Pidie, Caeh Besar, dan Aceh Utara.
Dahulu alat ini digunakan sebagai media komunikasi untuk mengabarkan keadaan, tersesat, dalam bahaya, dan berburu.
Perkembangan zaman membuat alat musik ini dibuat menjadi alat musik. Bereguh bisa menghasilkan variasi nada berbeda, tergantung cara meniupnya.
Arbab
Arbab dimainkan dengan cara digesek di bagian senarnya. Alat musik ini dahulu dibuat dari tempurung kelapa untuk tabung dan kulit kucing hutan sebagai penutup tabung Arbab.
Rotan dipakai sebagai pengikat antara tabung dan kulit. Bahan membuat senar dulunya memakai kulit pohon yang diserut halus, sampai menghasilkan dua bentang senar.
Arbab termasuk alat musik gesek yang dimainkan dengan ijuk.
Serune Kalee (Serunai)
Serunai termasuk alat kesenian populer di daerah Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Besar. Serune Kalee dimainkan bersama dengan Rapai dan Gendrang.
Dalam bahasa Indonesia, kata Serunee Kalee artinya seruling. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang bagian ujungnya dibuat besar. Ada penahan bibir untuk peniup yang terbuat dari kuningan. Alat musik ini punya 7 lubang untuk mengatur nada.
Serune Kalee biasanya digunakan sebagai pengiring musik untuk tarian tradisional Aceh dan upacara adat.
Bangsi Alas
Bangsi Alas merupakan alat musik tiup yang berasal dari suku Alas, di Kabupaten Aceh Tenggara. Cara memainkan bangsi alas hampir sama dengan seruling.
Bangsi terbuat dari bambu kecil yang memiliki ukuran 2-50 cm. Ada lima lubang yang digunakan untuk membedakan irama ketika alat musik dimainkan.
Daun rumbia dipakai untuk penutup peniup. Alat musik ini dulu dimainkan individu oleh kaum laki-laki. Kemudian bangsi alas menjadi musik pengiring kesenian seperti Tangis Dilo.
Rapai
Rapai adalah alat musik tradisional Aceh yang terbuat dari kayu batang nangka yang keras. Bagian tengahnya dibuat lubang yang disebut baloh. Baloh ini berukuran besar di bagian atasnya yang ditutup kulit kambing.
Sedangkan bagian bawah Rapai dibiarkan terbuka. Rotan dipakai sebagai penjepit atau pengatur tegangan kulit. Sehingga kulit dan kayu tidak mudah lepas dan menghasilkan nada yang indah.
Rapai dimainkan dengan cara dipukul memakai tangan. Alat musik ini biasanya ditampilkan untuk upacara keagamaan, upacara adat, dan acara pernikahan.
Taktok Trieng
Taktok Trieng adalah alat musik yang terbuat dari bambu, dimainkan dengan cara dipukul. Kesenian tradisional ini berasal dari Kabupaten Pidie, Aceh besar.
Mengutip dari budaya-indonesia.org, Taktok Trieng digunakan untuk balai-balai atau ruang pertemuan. Selain itu alat ini juga dipakai untuk mengusir burung dan serangga di sawah.
Bentuk Taktong trieng seperti kentongan. Bagian depan dibelah panjang, kemudian isi dalam bambu dibersihkan. Alat musik ini menghasilkan nada dengan cara dipukul memakai batang kayu.
Tambo
Bentuk Tambo seperti gendang, alat musik dari Jawa. Alat musik ini dibuat dari bahan batang iboh, kulit sapi, dan rotan sebagai peregang kulit.
Tambo dimainkan dengan cara dipukul memakai tangan atau kayu. Dahulu, tambo dipakai sebagai komunikasi untuk menandakan waktu sholat. Selain itu masyarakat di Aceh dahulu memukul tambo sebagai tanda diskusi masyarakat.
Bebelan
Beberalan adalah alat musik tiup yang masuk dalam kelompok Serunai.
Alat musik ini terbuat dari bambu yang makin membesar di bagian ujung. Bebelan terdiri dari 5 lubang yang menghasilkan nada ketika ditiup.
Dol
Dol termasuk alat musik rebana yang terbuat dari kayu dan kulit binatang. Alat musik ini dahulu dipakai untuk pengiring musik perayaan Tabot. Kini, Dol dipakai sebagai pengiring tarian dan pentas seni.[gab]