Serambi.WahanaNews.co, Jakarta - SKK Migas mengumumkan kargo gam alam cair (liquefied natural gas/LNG) pertama dari Kilang LNG Tangguh Train 3 di Papua Barat telah dikirim ke pembangkit listrik PT PLN (Persero).
Hal tersebut menandakan dimulainya operasi komersial dari proyek pengembangan Tangguh. Kargo LNG pertama dari Tangguh Train 3 itu kini tengah berlayar menuju fasilitas regasifikasi PLN di Arun, Aceh.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Siap Layani Energi Mitra Global
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan capaian tersebut merupakan kemajuan luar biasa dari sebuah proyek strategi nasional skala besar.
"Pengapalan pertama kargo LNG ke PLN ini juga memberikan sinyal positif terhadap daya serap gas dalam negeri yang akan digunakan untuk menjawab tantangan energi Indonesia," katanya.
Dengan beroperasinya Tangguh Train 3, SKK Migas mencatat kapasitas produksi dari dua train yang saat ini telah beroperasi akan bertambah 3,8 juta ton dan membuat total kapasitas produksi tahunan menjadi 11,4 juta ton.
Baca Juga:
SKK Migas Kalsul dan KKKS Kunjungi Kemenhub RI Pastikan Kelancaran Hulu Migas
Dwi menjelaskan bahwa Tangguh merupakan produsen LNG terbesar di Indonesia dan produksi dari Tangguh Train 3 akan berkontribusi signifikan dalam pencapaian target produksi gas nasional sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.
"Dengan bertambahnya kapasitas produksi gas, membuat Tangguh akan memegang peranan penting dalam menjawab kebutuhan energi gas di Indonesia yang terus bertambah. Total produksi gas dari Tangguh kini mencapai lebih dari sepertiga produksi gas nasional," ucap Dwi.
Di luar tambahan train LNG baru, proyek pengembangan Tangguh juga mencakup konstruksi dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi, fasilitas pemrosesan LNG, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Dalam perjalanannya, SKK Migas menyebut proyek tersebut terdampak cukup hebat oleh situasi pandemi COVID-19 dan membutuhkan waktu enam setengah tahun untuk penyelesaian setelah mendapatkan persetujuan akhir investasi di 2016.
Pada puncak konstruksi, terdapat lebih dari 13.500 pekerja yang terlibat dalam konstruksi proyek yang terletak di wilayah terpencil tersebut dan sebanyak 155 juta jam kerja telah dihabiskan untuk merampungkan proyek.
Sementara, EVP Gas and Lowcarbon Energy BP Anja-Isabel Dotzenrath mengatakan Tangguh Train 3 telah beroperasi dengan aman.
Hal itu menandakan fase baru untuk Tangguh LNG dan merupakan capaian yang amat membanggakan untuk BP dan juga para mitra Tangguh.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia atas kemitraan yang solid dan juga dukungan yang terus diberikan kepada kami sehingga kita bisa sampai di hari ini," katanya.
Menurut dia, Tangguh merupakan proyek yang penting untuk BP dan Indonesia. Saat ini, Tangguh akan berkontribusi terhadap sepertiga dari produksi gas Indonesia dan akan berkontribusi secara signifikan dalam menjawab kebutuhan akan energi yang lebih terjangkau dan dapat diandalkan untuk BP.
"Membangun bisnis gas/LNG adalah strategi kami untuk bertransformasi menjadi perusahaan energi terpadu (integrated energy company) yang berinvestasi ke sistem energi hydrocarbon dan kepada pembangunan bisnis rendah karbon yang baru," ujar Anja.
Dari awal operasi, Tangguh telah menciptakan dampak sosial dan ekonomi positif yang signifikan melalui program pengembangan masyarakat yang komprehensif.
Tangguh Train 3 akan meningkatkan dampak positif tersebut, dengan sebagian gas yang diproduksi didedikasikan kepada elektrifikasi di Papua Barat dan untuk melanjutkan pengembangan pekerja Tangguh dari Papua dari 73 persen sampai 85 persen pada 2029, sesuai dengan komitmen yang telah dibuat oleh Tangguh.
[Redaktur: Amanda Zubehor]