Serambi.WahanaNews.co, Banda Aceh - Civitas Academica Universitas Malikussaleh (Unimal), Aceh menyerukan maklumat tentang penyelamatan reformasi dan demokrasi nasional yang dinilai saat ini sudah jauh melenceng dari nilai-nilai demokrasi.
Mereka yang terdiri dari guru-guru besar hingga dosen di Unimal ini juga sepakat pemilu 2024 kali ini banyak permasalahan seperti pelanggaran etik, hukum, dan moral politik.
Baca Juga:
Pilkada Paluta 2024: Partisipasi Pemilih Capai 79 Persen, HORAS Menang Telak!
"Dalam petisi ini kita menginginkan adanya pemilu yang demokratis dan tidak ditunggangi politik manapun untuk memenangkan atau memberikan privilege ke salah satu calon presiden," kata akademisi Unimal, Teuku Kemal Fasya usai menyampaikan petisi di lingkungan kampus Unimal, Senin (5/2/24).
Ada 6 maklumat yang dibacakan akademisi Unimal Kamaruddin Hasan sebagai koordinator deklarasi dan yang diikuti oleh para dosen dan civitas lainnya.
Mereka menilai kondisi nasional menjelang Pemilu 2024 menunjukkan ada ketegangan yang akut. Hal ini disebabkan proses menuju pemilu serentak yang dilalui dengan berbagai masalah.
Baca Juga:
Rekapitulasi Suara Pilgub Sumut dan Pilbup Karo 2024 Berjalan Lancar
"Proses ini akhirnya menjadikan jalan menuju Pemilu 2024 menjadi masalah bagi integritas bangsa. Praktik kampanye dan politik menjelang hari H, 14 Februari 2024 dipenuhi perasaan yang tidak melegakan," kata Kamaruddin.
Adapun 6 poin yang disampaikan civitas academica Unimal yaitu mengharapkan pemerintah menangkap suara kebatinan bangsa Indonesia yang menginginkan bersikap netral dan menjaga pranata hukum dan pemerintahan hingga jajaran terendah agar tidak terjebak pada sikap partisan pada Pemilu 2024.
Kemudian meminta TNI/Polri tetap setia pada NKRI dan menjunjung tinggi kehormatan negara dan bangsa dengan menjaga sekuat mungkin keamanan dan pertahanan nasional. Lalu, meminta penyelenggara Pemilu berserta jajaran hingga level ad hoc untuk bekerja secara profesional dan adil.
Mengharapkan kepada seluruh masyarakat untuk menjaga kondusifitas, dengan terus menyerukan semangat penyelamatan reformasi dan demokrasi yang telah menjadi cita-cita para reformasi 1998.
"Cita-cita reformasi terlalu mahal untuk digadaikan demi kepentingan pragmatis Pemilu 2024. Jangan lagi mundur ke belakang dan perkuat sendi kebangsaan dengan nilai-nilai demokrasi yang kita gali dari nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945," kata Komaruddin saat membacakan petisi civitas academica Unimal tersebut.
Lalu pihaknya mengimbau semua rektor di seluruh Indonesia untuk memberikan pencerahan kepada mahasiswa agar dapat memilih secara cerdas dan bertanggung jawab demi kelangsungan demokrasi yang telah diperjuangkan selama ini.
Poin terakhir dalam maklumat tersebut, pihaknya meminta masyarakat Indonesia yang terdaftar sebagai pemilih, untuk menggunakan hak pilih sesuai dengan hati nurani.
Gerakan kampus kritik Jokowi berkembang di sejumlah civitas academica perguruan tinggi se-Indonesia sejak pekan lalu. Berawal dari petisi Bulaksumur yang dibacakan civitas academica UGM, hingga maklumat UII, kini gerakan kampus kritik Jokowi itu pun terjadi di wilayah barat Indonesia hingga wilayah timur.
[Redaktur: Amanda Zubehor]