Ketiganya berkomitmen membangun rumah sakit senilai Rp75 miliar di lokasi baru di tepi Jalan Negara Medan - Banda Aceh, tepatnya di Desa Seunebok Barat, Kecamatan Idi Timur, yang lebih mudah diakses oleh masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
RSUD itu kini berdiri di atas lahan seluas 8.199 meter persegi, memiliki kapasitas 109 tempat tidur, empat ruang operasi, unit gawat darurat, poliklinik, unit hemodialisis, serta gedung penunjang lainnya. Bisa dikatakan bahwa RSUD dr Zubir Mahmud awalnya dibangun berkat keberadaan perusahaan migas di Aceh Timur, untuk selanjutnya dikelola oleh pemerintah daerah dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
Baca Juga:
Terkait Beredarnya Video Berisi Komplain Pasien, Ini Penjelasan Humas RSUD
Meski pada perkembangannya JAPEX dan Kris Energy tidak lagi beroperasi di Aceh Timur, namun Medco tetap membantu perkembangan RSUD tersebut. Saat Indonesia dilanda pandemi COVID-19, PT Medco E&P Malaka menghibahkan fasilitas alat uji PCR dan alat pelindung diri kepada RSUD dr. Zubir Mahmud.
Rumah Sakit Rujukan
Sebagai rumah sakit pusat rujukan di Kabupaten Aceh Timur, RSUD dr Zubir Mahmud memiliki gedung termewah di pantai timur Aceh dan terus berusaha mengembangkan diri menjadi rumah sakit bertaraf nasional sesuai dengan standar RS Klas B agar mampu menangani permasalahan kesehatan dengan lebih baik.
Baca Juga:
Wandi Sijabat: Sudah Selayaknya Pj Wali Kota Subulussalam, Evaluasi Kinerja RSUD
"RSUD dr. Zubir Mahmud saat ini juga sudah didukung oleh tenaga medis yang berkualitas serta tersedianya peralatan yang canggih dengan penanganan medis yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran," kata Edy Gunawan.
Tersedianya peralatan yang cukup memadai di RSUD tersebut memberikan manfaat untuk masyarakat Aceh Timur, salah satunya Nurhayati yang menderita penyakit gagal ginjal. Sebelumnya, ia harus ke RS Langsa untuk melakukan cuci darah, tetapi kini sangat terbantu sejak RSUD dr. Zubir Mahmud memiliki unit hemodialisis pada Mei 2018.
"Karena sudah ada di rumah sakit kita sendiri jadinya saya tidak perlu lagi jauh-jauh, sudah lebih dekat dan lebih hemat. Dulu saya harus menempuh perjalanan antara 80 hingga 95 kilometer ke rumah sakit lain untuk mendapatkan bantuan cuci darah setiap pekannya," kata Nurhayati.