Banyak orang Afghanistan sekarang menjual barang-barang mereka untuk membeli makanan.
Pemerintah Taliban dilarang mengakses aset luar negeri, karena banyak negara-negara sedang mempertimbangkan bagaimana membangun kesepakatan dengan kelompok garis keras tersebut. Hal ini mengakibatkan gaji pegawai negeri dan pekerja lainnya terhenti.
Baca Juga:
Soal Kelaparan-Stunting, Prabowo: Butuh Aksi Nyta Tak Usah Lagi FGD
"Sudah lebih dari lima bulan sejak saya menerima gaji saya," kata seorang guru di Herat kepada BBC.
"Hidup sangat sulit. Saya menjual apa pun di rumah. Kami menjual hewan kami, menebang pohon kami untuk menjual kayu."
"Orang-orang miskin di sini," kata seorang pria di Kandahar. "Kemarin saya melihat seorang perempuan yang mengunjungi tempat pembuangan sampah di sebuah hotel lokal, mengumpulkan sisa-sisa makanan. Saya bertanya kepadanya mengapa dia melakukan itu dan dia mengatakan bahwa dia tidak punya solusi lain, dia berusaha mencari makanan untuknya dan anak-anaknya."
Baca Juga:
Prabowo Tegaskan Tak Boleh Ada Orang Lapar di RI
WFP memperingatkan bahwa badai salju pada musim dingin meningkatkan risiko semakin terisolasinya warga Afghanistan yang bergantung pada bantuan.
Dan untuk pertama kalinya di Afghanistan, penduduk di kota merasakan dampak kerawanan pangan pada tingkat yang sama seperti masyarakat pedesaan, kata organisasi itu.
"Penting bagi kami untuk bertindak secara efektif dan efisien untuk mempercepat dan meningkatkan pengiriman ke Afghanistan sebelum musim salju melanda sebagian besar negara itu, dengan jutaan orang - termasuk petani, perempuan, anak kecil dan orang tua - kelaparan ketika musim dingin," kata QU Dongyu, direktur Organisasi Pangan Dunia (FAO) PBB.