WahanaNews-Serambi | Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo memantau langsung berjalannya percepatan penurunan stunting untuk tahun 2023 yang dimulai di Provinsi Aceh.
“Upaya untuk mencapai target percepatan penurunan stunting 14 persen pada 2024 harus dilakukan secara holistik dan komprehensif yang melibatkan pemerintah daerah. Tujuannya agar ada perubahan mindset dalam keluarga dalam hal pola asupan makanan bergizi dan pola asuhan anak balita,” katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (11/01).
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
Ia menjelaskan kunjungan digelar selama tiga hari, mulai Rabu (11/1) hingga Jumat (13/1) 2023. Kunjungan itu merupakan respon dari undangan Pejabat Bupati Bener Meriah, Haili Yoga.
Acara dimulai dengan menemui 12 bupati, wali kota serta seluruh kepala organisasi perangkat daerah keluarga berencana (OPD-KB) di Provinsi Aceh, di mana pertemuan akan digelar di Kabupaten Bener Mariah.
Kemudian dilanjutkan dengan mengikuti acara tausiyah di Masjid Agung Bener Meriah pada Kamis (12/1). Setelahnya, rombongan BKKBN akan mengunjungi Klinik Pelayanan KB di Puskesmas Simpang Tiga.
Baca Juga:
Bele Mo'o Sehati: Strategi Dinkes Gorontalo Tangani Stunting dengan One Stop Service
Selanjutnya, rombongan akan pergi ke Kota Lhokseumawe dan berdialog bersama Walikota Lhokseumawe beserta jajarannya, serta mengunjungi Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tenggara.
Kunjungan ke Aceh, kata dia, sebagai salah satu dari 12 provinsi yang menjadi target prioritas percepatan penurunan stunting.
Aceh menduduki posisi ketiga angka stunting tertinggi yakni 33,2 persen atau di bawah NTT 37,8 persen dan Sulawesi Barat 33,8 persen berdasarkan hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021.
Dari 23 kabupaten dan kota di Aceh, angka prevalensi stunting tertinggi ada di Kabupaten Gayo Lues sebesar 42,9 persen. Prevalensi stunting tertinggi kedua ada di Kota Subulussalam dengan angka 41,8 persen disusul Kabupaten Bener Meriah dengan prevalensi stunting 40,0 persen.
Meski demikian, Kabupaten Bener Meriah jadi kabupaten terbaik di Aceh dalam penanganan kasus stunting dan juga menjadi contoh baik, dalam kegiatan audit kasus stunting sesi ketiga tingkat nasional yang dilaksanakan secara virtual.
“Daerah dengan prevalensi stunting terendah di Aceh adalah Kota Banda Aceh yang memiliki prevalensi stunting 23,4 persen, namun demikian angka ini masih di atas standar toleransi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang merekomendasikan prevalensi stunting di bawah 20 persen,” demikian Hasto Wrdoyo.[zbr]