Meski disebut rumah Cut Nyak Dhien, rumah ini hanya replika dari bangunan aslinya yang dibakar habis oleh penjajah Belanda pada tahun 1896.
Pembakaran itu disebabkan pihak Belanda mengetahui Teuku Umar hanya berpura-pura bekerja sama dengan pihak Belanda, dan yang tersisa hanya sumur setinggi 2 meter di sisi kiri rumah.
Baca Juga:
Peredaran Ganja Asal Aceh Tujuan Sumbar 624 Kg Diungkap BNN
Dari laman kemdikbud, rumah Cut Nyak Dhien dibangun kembali sesuai bentuk aslinya pada tahun 1981 dengan tujuan wisata edukasi dan sejarah, dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan pada tahun 1987.
Rumah Cut Nyak Dhien adalah rumah panggung kayu khas Aceh dengan beratap rumbia dan disangga 65 tiang kayu, dan ada 9 ruangan yang memiliki fungsi masing-masing.
Yaitu 2 ruang Seramau Keu (Serambi Muka) , 2 ruang Kama Inong (Kamar Wanita), 2 ruang Seramau Likoet (Serambi Belakang), 1 kamar utama (Kamar Cut Nyak Dhien) 1 ruang Anjong (Ruang Makan) dan 1 ruang Manju (Kamar Pelayan).
Baca Juga:
Dari Aceh, Presiden Jokowi Lanjutkan Kunjungan Kerja ke Provinsi Sumatra Utara
Didalam rumah ini, terdapat foto asli Cut Nyak Dhien saat berada dipengasingan di Sumedang, Jawa Barat.
Rumah Cut Nyak Dhien ini dibuka setiap hari Senin sampai Minggu, mulai pukul 09.00 wib sampai 17.00 WIB.
Zahri salah seorang juru pelihara dari rumah Cut Nyak Dhien mengatakan selama pandemi sasana rumah Cut Nyak Dhien ini ditutup.