Serambi.WahanaNews.co, Banda Aceh - Perum Damri Cabang Banda Aceh mulai mengkaji perluasan trayek Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) ke Medan, Sumatera Utara, seiring dengan meningkatnya peminat transportasi bus dan untuk mendukung program konektivitas Trans Sumatera.
Manager Usaha Perum Damri Cabang Banda Aceh Suprihatin, Sabtu (20/7/2024), mengatakan perluasan trayek ini seiring dengan program Damri kantor pusat, setelah melihat keberhasilan Trans Jawa yang menghubungkan Jakarta hingga Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca Juga:
DAMRI Hadirkan Transportasi untuk Antar Penari di Ajang Festival Gandrung Sewu 2024
“Ini kemudian mau diadopsi untuk Trans Sumatra dan Trans Sulawesi. Untuk Trans Sumatra, nanti awalnya dari Lampung sampai ke Banda Aceh,” kata Suprihatin di Banda Aceh.
Tahapan saat ini, dia menjelaskan, Damri sedang melakukan survei melalui kuesioner kepada masyarakat dari masing-masing titik, mulai dari Lampung - Padang, kemudian Padang - Medan, hingga Medan - Banda Aceh.
“Tim dari pusat Insya Allah Senin (22/7/2024) mulai turun survei teknis, diawali dari Lampung sampai ke Banda Aceh, dari tiap-tiap cabang Damri yang dilaluinya,” ujarnya.
Baca Juga:
DAMRI Layani lebih dari 121 Ribu Pengunjung selama Gelaran MotoGP 2024 di Sirkuit Mandalika
Memang saat ini pilihan AKAP jalur Banda Aceh-Medan sudah beragam, banyak diisi oleh berbagai perusahaan swasta. Bahkan bus yang sudah lama terkenal seperti Pelangi, Kurnia, Simpati hingga kini masih tetap eksis.
Kendati demikian, Suprihatin menilai, tidak tertutup kemungkinan Damri juga bisa ikut ambil peran, sehingga peluasan trayek ini penting dilaksanakan apalagi sejalan dengan adanya program Trans Sumatera dalam mendukung transportasi Indonesia.
“Ini juga bentuk layanan kita kepada masyarakat, sebagai satu-satunya perusahaan BUMN yang bergerak di transportasi,” ujarnya.
Selama ini, Perum Damri Banda Aceh hanya melayani angkutan jalan perintis, yang disubsidi oleh pemerintah melalui Kementerian Perhubungan. Saat ini, Damri Banda Aceh melayani 11 trayek yang tersebar di delapan kabupaten/kota di Aceh.
“Seperti ada dua trayek di Aceh Tamiang, satu trayek di Nagan Raya, ada juga di Aceh Selatan dan lain-lain,” ujarnya.
Menurut dia, konsep angkutan perintis ialah menghubungkan daerah terpencil atau tertinggal menuju ke titik keramaian di wilayah tersebut, atau dari desa ini menuju ke pusat kecamatan.
“Contoh di Aceh Selatan, dari pedalaman Manggamat menuju ke Kota Fajar. Jadi lebih ke daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,” ujarnya.
[Redaktur: Amanda Zubehor]