WahanaNews-Aceh I Pertandingan laga pamungkas Grup C sepak bola putra PON XX Papua 2021 yang mempertemukan Aceh dan Kalimantan Timur (Kaltim) terindikasi diwarnai praktik "main sabun" atau pengaturan skor.
Sebab, bentrok Aceh vs Kaltim di Stadion Barnabas Youwe, Sentani, Kabupaten Jayapura, diwarnai dengan gol tidak wajar sehingga berakhir dengan skor 3-2.
Baca Juga:
Soal Kanjuruhan, PSSI Disebut Belum Jalankan Rekomendasi TGIPF
“Laga pamungkas Grup C sepak bola PON XX yang dimenangi Aceh 3-2 atas Kalimantan Timur di Stadion Stadion Barnabas Youwe, Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin (4/10), menghadirkan tanda tanya. Utamanya, tentang proses gol bunuh diri yang terjadi,” ujar Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, dalam rilis resminya.
“Penting untuk diinvestigasi oleh PSSI lewat Komite Fair Play, Komite Disiplin, Komite Integritas bahkan Satgas Anti Mafia Bola." "Agar tanda tanya besar kemungkinan adanya "main mata" a.k.a "main sabun" terjawab dengan benar berdasarkan fakta!” imbuhnya.
Laga itu sebenarnya menentukan nasib tiga tim, yakni Aceh, Kaltim, dan Sulawesi Utara (Sulut).
Baca Juga:
Komisi X DPR Kritik Keras Gubsu Edy yang Jewer Pelatih PON
Untuk bisa lolos ke babak selanjutnya, Sulut hanya membutuhkan hasil seri pada pertandingan Aceh vs Kaltim. Sulut juga bisa lolos jika Kaltim mengalahkan Aceh.
Namun, pada laga tersebut, Kaltim dan Aceh terkesan bermain mata karena terlihat sangat mudah menjebol gawang satu sama lain.
Kedua tim itu seakan sengaja sama-sama memperbesar jarak selisih gol dengan Sulut. Indikasi pengaturan skor semakin menguat setelah M. Rizky Ramadhan mencetak gol ke gawangnya sendiri pada menit ke-70.
Sebab, tendangan yang dilakukan M. Rizky mirip tendangan yang diperuntukkan untuk mencetak gol, bukan untuk menghalau bola.
Jumlah gol tersebut pun sukses membuat Aceh dan Kaltim lolos dengan mengoleksi tiga poin. Sementara itu, Sulut yang juga mengkoleksi tiga poin tersingkir karena kalah jumlah produktivitas.
Hasil ini pun mendapatkan reaksi keras dari official tim Sulut, Jeffry Talumepa. Dia menyebut, permainan kedua tim tidak sportif dan memalukan.
Apalagi, laga pamungkas tersebut disaksikan langsung oleh Sekjen PSSI Yunus Nusi. Akmal melanjutkan, pertandingan Aceh dan Kaltim di PON XX Papua ini memantik memori sepak bola gajah yang menjadi luka persepakbolaan nasional.
Supaya kesalahan yang sama tidak terulang kembali, ia mendesak segera diadakan investigasi agar tidak menciptakan praduga berkepanjangan.
“Nah, agar trauma kejadian buruk itu tidak terus berulang, investigasi harus dilakukan PSSI. Ini demi perbaikan dan kemajuan,” tutur Akmal menambahkan. (tum)